serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Puisi Oleh: Ria Ristiana Dewi
http://serambikompak.blogspot.com/2010/03/puisi-oleh-ria-ristiana-dewi.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Kamis, 25 Maret 2010. Puisi Oleh: Ria Ristiana Dewi. Karya: Ria Ristiana Dewi. Saat ini jika ada awan menangis. Dibuat terik yang menyambar menusuk seisi bumi. Seonggok kepalan tangan manusia mengiba. Telapak meninggi menghadap langit. Dua tiga kuntum bunga melayang-layang menebas sesal. Saat ini jika ada asap mengepul angkasa. Manusia berteka-teki melawan derita. Tuk merajut sesal tiada. Saat ini adalah saatnya manusia. Merunduk sesal menengadah kuasa.
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Puisi: Eliza
http://serambikompak.blogspot.com/2010/04/puisi-eliza.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Selasa, 13 April 2010. Suara itu buat aku mati rasa. Kaki mencari melodi itu. Melintasi batu yang menghadang. Langganan: Poskan Komentar (Atom). G KOMUNITAS PENULIS ANAK KAMPUS (KOMPAK). Medan, SUMUT, Indonesia. KOMPAK adalah komunitas yang bergerak di bidang kepenulisan, khususnya sastra. MOTTO DAN MARS KOMPAK. Memintal kata penuh semangat. Merajut karya penuh martaba. Kompak… yuk kita kompak. Memintal kata penuh semangat. Merajut karya penuh martabat.
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Maret 2010
http://serambikompak.blogspot.com/2010_03_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Kamis, 25 Maret 2010. Cerpen Oleh: Robi Suhendra. Malam begitu indah saat bintang bertaburan mewarnai kegelapan, perasaan senang di rasakan gadis cantik yang akan mengakhiri masa gadisnya . karena akan di lamar oleh laki-laki yang dia cintai. Amy gadis cantik yang tidak sabar menunggu pagi , karena akan menunggu hari esok yang dia nanti-nantikan sambil menatap bulan dan bintang yang bersinar terang menerangi kegelapan. Romi laki-laki tampan yang akan melamar amy.
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Desember 2009
http://serambikompak.blogspot.com/2009_12_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Minggu, 20 Desember 2009. 8220;UNTAIAN MUTIARA YANG TERLEPAS”. Oleh: Wahyu Wiji Astuti. Sore itu, selepas shalat Ashar, Ayah memanggil Muti. Ada yang ingin disampaikannya kepada anak gadis kesayangannya itu. Sudah lama sekali ia ingin menyampaikan hal itu. Tapi Muti selalu saja menghindar ketika ia ingin membicarakannya. Istrinya yang sejak siang tadi pergi ke rumah anak pertamanya belum juga pulang. Muti datang membawa secangkir teh. 8220;Ayah senang jika kau tela...
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: cerpen: cinta mengucap syukur
http://serambikompak.blogspot.com/2009/12/cerpen-cinta-mengucap-syukur.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Minggu, 06 Desember 2009. Cerpen: cinta mengucap syukur. 8220;Dalam butiran air mataku sungguh menjadi iba yang ingin ku bawa mengalir menuju kebahagiaan yang tertunda. Sulitnya aku untuk bisa percaya sekaligus … dengan dirimu. Apa yang kau inginkan dariku? Yang kupunya hanyalah butiran perih dan duka. kau bisa bahagia tanpa ku saat ini. Teruskanlah! Biarlah kita hidup berdampingan namun penuh syukur daripada kita hidup bersama namun tak bersyukur…. Yang kutahu kau...
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Mei 2009
http://serambikompak.blogspot.com/2009_05_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Selasa, 19 Mei 2009. Tanggal berdiri KOMPAK : 23 Desember 2008. Penasihat: Drs. Antilan Purba M. Pd. 2 Aulia Andri MSi. 3 Brilian Moktar, S. E. Ketua Umum: Sri Rizki Handayani. Wakil Ketua: Rudi Hartono Saragih. Sekretaris: Ria Ristiana Dewi. Wakil Sekretaris: Wahyu Wiji Astuti. Koordinator Catat Karya (Kocak):. Anggota: 1. Ati Rosmiati. 2 Nina Sri Maria. Ketua: Dani Sukma A. S. Anggota: 1. Budianto. Anggota: 1. Erny Wirda N. G KOMUNITAS PENULIS ANAK KAMPUS (KOMPAK).
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Oktober 2009
http://serambikompak.blogspot.com/2009_10_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Senin, 26 Oktober 2009. Jumat, 23 Oktober 2009. Cerpen: Sri Rizki H. Kutatap langit biru yang membulirkan berjuta keindahan dan harapan sembari merenungi nasib hidupku yang penuh dengan dilema. Jiwaku bergejolak, ingin berontak pada takdir kehidupan, tapi pada siapa aku harus marah? Pada siapa harus kulampiaskan rasa kesalku? Untuk apa aku marah? Sementara ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga yang selalu setia melayani ayah dan merawat serta mendidik kami anak-ana...
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: Juni 2009
http://serambikompak.blogspot.com/2009_06_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Rabu, 03 Juni 2009. Oleh: Dani Sukma A. S. Menanti. Sendiri. Sunyi. Sepipun berserak. Kesendirian pun memuncak. Rindupun bergolak. Marah, marah, dan marah, tetapi pada siapa? Menanti. Aku masih saja menanti. Sendiri. Aku masih tetap sendiri. Sunyi. Aku tetap saja terbalut sunyi. Sepi masih berserak. Kesendirian masih tetap memuncak. Marah, marah, dan kian marah, tetapi harus bagaimana? Menanti. Selalu saja menanti. Sendiri. Entah sampai kapan kusendiri&...Demi keba...
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: April 2010
http://serambikompak.blogspot.com/2010_04_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Selasa, 13 April 2010. Karya : Sari Lestari Sinaga. Ketika senyum menenggelamkan sunyi. Kerinduan tertulis di timbunan malam. Dalam ketukan pasrah yang terbingkai. Nada suara siapa yang kukemas. Meleleh dibawa sesak duka. Di jejak langkah bayang hampamu. Hingga lelah terdampar di layar sadarku. Malam yang kau sandarkan. Membayangkan ku akan lesum dalam. Kalbumu merajamku pilu ingin memilikimu. Hingga rindu ini membawa khilaf. Suara itu buat aku mati rasa.
serambikompak.blogspot.com
SERAMBI KOMPAK BLOG: September 2009
http://serambikompak.blogspot.com/2009_09_01_archive.html
KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus). Kamis, 10 September 2009. Api mengayun langkahmu ke haluan. Dan aku menguap dari ceruk jiwamu. Bila saja waktu tak terpedo dan buaikan gejolakku,. Pasti tak sempat mengakar sesal dalam bidak cintamu. Gagahmu melintas di asa yang membusuk. Seperti kail yang mengoyak kerongkongan, tak lepas. Hanya menyilang tapak-tapak lusuh yang pernah dijejak. Hingga tak terberita derita yang mendera keping-keping raga. Kini tak terhapus gurat-gurat pilu di dahi kelabuku. Ua puluh ...